Judul di atas barangkali terasa janggal di telinga. Bahkan, bukan tidak mungkin orang-orang yang antirokok –membenci rokok termasuk juga para perokoknya—menjadikan judul itu sebagai kalimat sindiran yang sinis untuk bisa diucapkan.
Tapi, marilah sedikit kita membuka mata dan pikiran bahwa, betapa rokok, terlepas dari segala macam konotasi–kebanyakan negatif—yang terhujam padanya, seyogiyanya menyimpan begitu banyak kebaikan.
Fakta. Kenyataan memperlihatkan bahwa lewat rokok, kita ternyata masih diberi kesempatan untuk mengetahui banyaknya generasi-generasi berkualitas yang menjadi tumpuan penerus bangsa. Di bidang pendidikan, rokok telah turut serta mengembangkan generasi-generasi berprestasi dengan mendapatkan kesempatan untuk terus melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Tidak hanya itu. Mereka pun mendapatkan pengetahuan lain yang sifatnya aplikatif, yakni kewirausahaan. Rokok tidak hanya memberikan mereka beasiswa; lebih dari itu, rokok juga telah membekali generasi pilihan ini tentang bagaimana cara untuk bisa hidup mandiri. Berdiri di atas kaki sendiri.
Di bidang olah raga. Jangan ditanya. Adakah fasilitas olah raga yang bonafit yang disediakan oleh pemerintah ketimbang yang diberikan oleh rokok? Rokok sungguh memahami masalah ini. Ia mendirikan sasana latihan untuk para pebulu tangkis yang pada akhirnya bisa mengharumkan nama bangsa. Bahkan dewasa ini, tidak hanya sasana badminton saja yang rokok sediakan, melainkan juga sasana futsal, dan masih banyak lagi.
Dalam hal sponsorship, rokoklah jagoannya. Dari mulai pertandingan lokal tingkat sekolah, kampus, bahkan tingkat nasional, pernahkan kita melihat sponsorship selain rokok? Billoard rokok berserakan dimana-mana setiap kegiatan-kegiatan itu berlangsung. Di turnamen sepak bola, workshop entrepreneur, pentas seni, karnaval musik, bahkan seminar pendidikan sekalipun, nama rokok tidak pernah lepas dari pandangan kita. Tanpa rokok, sepertinya tidak mungkin kita bisa melihat kegiatan-kegiatan tersebut. Bahkan sekalipun kegiatan itu ada, tanpa sumbangsih dari rokok, tampaknya kegiatan itu tidak akan semeriah dan sebanyak yang kita bisa ikuti.
Sebagian dari kita mungkin tidak merokok, atau mungkin bisa jadi membenci rokok. Tapi, jika kita renungkan sejenak, dinamika hidup kita baik langsung maupun tidak langsung telah diramaikan dengan keberadaan rokok. Kita mungkin tidak pernah melihat iklan rokok yang terang-terangan memperlihatkan orang merokok, karena pemerintah memang melarang segala macam bentuk media untuk menayangkan hal yang demikian. Aneh juga sebenanrnya. Padahal kita tahu bahwa pemerintah masih bisa berjalan sebagaimana negara ini masih tetap ada, salah satunya dikarenakan pajak yang mereka dapatkan. Dan sepanjang sejarah, pajak terbesar yang negara dapat tidak lain dan tidak bukan berasal dari rokok.
Rokok membuat dapur berjuta-juta karyawannya, distributornya, agennya, pedangan ecerannya, tetap ngebul; membuat anak-anaknya tetap bisa sekolah dan melanjutkan pendidikan; membuat mereka tetap bisa menjalani hidup. Seandainya, para perokok tidak merokok, entah karena ada fatwa pengharaman rokok atau pengumuman yang terus-terusan diulang jika MEROKOK DAPAT MENYEBABKAN KANKER, SERANGAN JANTUNG, IMPOTENSI DAN GANGGUAN KEHAMILAN DAN JANIN, apa yang bakal terjadi pada mereka? Tidakkah itu artinya kita sudah memutuskan hajat hidup para karyawan ini; meniadakan kemeriahan hidup lewat begitu banyaknya agenda dan kegiatan yang rokok sponsori; menghapuskan cita-cita para olahragawan dan generasi-generasi muda berpotensi dan berprestasi untuk mencapai harapannya?
Seburuk apa pun zat yang terkandung pada rokok, sebagaimana yang kita tahu –tidak usahlah disebutkan tentang bagaimana efek rokok terhadap kesehatan, rokok telah begitu besar membangun negeri ini dengan semua baktinya pada kita. Rokok yang sebagian orang anggap sebagai penyebab kematian nomor wahid di dunia, justru adalah yang paling depan membangun negeri ini, menjadikan hidup bangsa ini lebih baik. Pernahkah rokok menarikan harganya? Atau, sekalipun harga rokok naik, pernahkan orang-orang demo turun ke jalan dan menyambangi pabrik rokok agar menurukan harganya? Bagaimana mungkin kita memprotes rokok sedang ketika protes saja kita merokok?
Sungguh, di mana pun dan kapan kita berada, rokok dan asapnya tidak akan pernah bisa kita hindari. Sejauh apa pun berlari, kita akan tetap melihat rokok dan asapnya itu. Repot-repot memikirkan BBM naik, juga pemerintah yang tidak bisa mencari solusi untuk memperbaiki negeri ini, bukankah lebih baik kita merokok saja? Sejenak menenangkan diri di tengah kesemrawutan tak berujung ini.
Gambar: http://paaduu.com
sungguh hidup ini sulit, aku ingin tidak merokok tapi rasanya aku ingin sekali merokok :(
BalasHapus