Satu lagi pentolan produk Gudang Garam yang disinyalir ingin memenuhi kebutuhan konsumennya. Dengan ukuran panjang 0.4 cm lebih pendek ketimbang Gudang Garam Filter (Garfit) yang ukurannya 8 cm, rokok bernama Halim ini ibarat “adik” dari Garfit. Jika dilihat dari kemasannya, kita mungkin akan menyangka jika rokok ini adalah rokok kretek, tapi sebenarnya filter. Bungkusnya yang besar dengan kemasan bersahaja dan tidak terlalu cukup eksklusif, memuat 20 batang linting rokok. Kuantitas yang tidak biasa dibanding rokok-rokok lainnya yang paling banyak hanya memuat 18 linting rokok.
Rasa lembut terasa ketika awal pertama mencium batangnya. Namun, rasa rokoknya sendiri jauh dari yang dibayangkan. Berbeda sekali dengan Garfit, cita rasa rokok Halim ini terasa sangat ringan sekali, hampir tidak jauh beda dengan rokok-rokok putih yang ada di pasaran. Hanya saja, rasa segak terasa di ujung embusan setiap kali mengeroncongkan asapnya, terlebih jika kita menghirupnya dalam-dalam. Dalam pada itu, kesan rasa roko Halim ini akan mengingatkan kita pada rokok-rokok kering seperti halnya Marlboro, Lucky Strike, Dunhill, dkk.
Bagi yang basic-nya adalah rokok kering, atau kalaupun mau rokok kretek, cita rasa seperti ini barangkali tidaklah menjadi masalah. Para penikmat rokok kering mungkin akan digugah dengan aroma lembut Halim ini. Meski tidak sesegak rokok-rokok kering, Halim masih menyimpan asap segaknya, apalagi jika dihirup dalam-dalam. Sedang bagi para penikmat rokok kretek, yang memang lebih jago dalam hal mengasap, halim mungkin bisa dianggap sebagai “cemilan” selingan ketika tidak sedang menghidup rokok kretek.
Hal ini berbeda dengan penikmat rokok-rokok basah, seperti halnya para penikmat rokok Djarum Super dan produk turunannya. Para penikmat ini mungkin akan “keberatan” dengan cita rasa yang nanggung dari rokok Halim ini. Pasalnya, kualitas yang diberikan sangat jauh berbeda dengan “Kakak” jagoannya, yaitu Garfit. Entah, barangkali mengasap Halim ini hanya sebatas mengasap tembakau saja. Tidak ada aroma cengkeh sebagai paduannya. Sekalipun ada, mungkin sangat kecil sekali takarannya.
Garfit sendiri masih setia dengan kualitas dari aroma yang dimilikinya. Kelembutan yang dihasilkan dari awal sampai akhir kita menghirup asapnya, bahkan menemptkan rokok ini berada di kategori rokok-rokok basah yang ada. Sayangnya, Halim tidaklah demikian. Rokok ini berbeda 180o dengan Garfit. Bukan tidak mungkin jika tembakau serta paduan cengkehnya bukanlah yang biasa digunakan oleh Garfit. Hemat kata, Halim tidaklah sama dengan Garfit.
Ini juga yang menyebabkan kualitas Halim cenderung lebih rendah ketimbang Garfit –untuk tidak menyebutnya tidak berkualitas sama sekali. Mungkin di tengah pangsa pasar seperti ini, di mana kebutuhan pokok serba mahal, produsen ingin memberikan sesuatu yang baru, sebuah pilihan rokok yang menjadi sangat “fair” baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Dan Halim menjawab kegelisahan itu. Ia datang dengan harga yang murah tapi dengan kuantitas yang lebih dari lumayan. Dengan harga Rp 20.000 perbungkus, atau Rp 500 per batang, Halim masih pantas untuk dijadikan pilihan para penikmat rokok, khususnya bagi mereka yang tidak memiliki budget khusus untuk membeli rokok tiap bulannya.
Yang menarik dari rokok ini justru dari namanya. Sepertinya untuk mengenang wafatnya Bos Gudang Garam, Rahman Halim, maka kata Halim digunakan sebagai merek rokok ini. Untuk ini Dunia Nicotina menghaturkan bela sungkawa yang sedalam-dalamnya. Semoga arwah Beliau diterima di sisi-Nya dengan pengabdian yang sudah dilakukannya di dunia ini. Amin.[]
Halim udah ga enak kaya dulu lagi. Sekarang ga ada rasa khas dari gudang garam, justru dominan rasa pahit.
BalasHapusSaya pikir, tanpa disadari, kualitas rokok-rokok di negeri ini makin lama makin berkurang. Hanya Tuhan dan mulut saja yang tahu.
BalasHapus