Langsung ke konten utama

ROKOK: BUNGKUS BARU BUDAYA LAMA


Sudah hampir dua tahun Dunia Nicotina hiatus mempos tulisannya. Padahal betapa banyak fenomena terjadi di dunia perokokan Nusantara. Maka dari itu, Dunia Nicotina mohon maaf untuk yang satu ini. Tapi yang pasti, kami tidak akan pernah berhenti untuk terus mempropagandakan rokok yang sudah menjadi unikum tersendiri ini.

            Sudah menjadi pengetahuan umum jika bungkus rokok kita dewasa ini penuh dengan hiasan gambar-gambar lebay. Ada gambar kanker tenggorokan, gambar bibir terbakar, bahkan sampai bibir tengkorak segala. Berdasarkan Peraturan Pemerintah N0 109 tahun 2012 Tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan, tepat pada bulan Juni tanggal 24 semua produsen rokok wajib mencantumkan Pictorial Health Warning (PWH). Katanya sih cara ini sengaja digunakan pemerintah untuk menekan—untuk tidak menyebut menakut-nakuti—jumlah perokok aktif, terlebih bagi para perokok pemula.

Kami yakin Nicotiners terganggu dengan gambar-gambar itu, seperti halnya kami. Tapi kami pun sangat yakin jika layouter kemasan rokok itu lebih terganggu lagi bahkan geram. Desain bagus yang mereka sudah bikin tak lantas jadi eksklusif dan menarik ketika harus disandingkan dengan gambar-gambar lebay itu. Alih-alih, justru malah mengganggu pemandangan. Walau begitu, PHW ini tak lantas berpengaruh sedikit pun. Para perokok tetap membeli dan merokok tanpa terlalu ambil pusing dengan gambarnya, dan produsen pun tetap mendapatkan keuntungan yang tak beda dengan sebelumnya.

Tidak hanya dalam bentuk PHW saja pemerintah gencar melakukan propaganda anti merokoknya. Wawaran dalam bentuk redaksi pun menampakkan sesuatu yang baru. Dulu setiap bungkus rokok akan dengan setia mencantumkan kalimat “Merokok Dapat Menyebabkan Kanker, Serangan Jantung, Impotensi dan Gangguan Kehamilan dan Janin.” Sekarang, wawaran itu berubah menjadi “Merokok Membunuhmu”.  Singkat, padat, meski tetap tidak memikat.  

Tapi Nicotiners, Dunia Nicotina sempat pula mendapatkan sebuah produk rokok yang lebih dari itu. Maksud kami, rokok yang satu ini, sebut saja ESSE MILD produkan PT Mandiri Maha Mulia, Pasuruan, Jawa Timur, tidak hanya mencantumkan wawaran itu saja. Di samping kiri bungkus rokok tertulis “TIDAK ADA BATAS AMAN. MENGANDUNG LEBIH DARI 4000 ZAT KIMIA BERBAHAYA, 43 ZAT PENYEBAB KANKER. Kami coba menelusuri rokok-rokok dari brand-brand yang lain. Tapi ternyata, hanya rokok ESSE inilah yang mencantumkan wawaran itu, yang lain tidak, atau mungkin belum (?) Entah apakah mungkin karena wawaran yang satu ini memang tidak diwajibkan sebagaimana halnya PHW, maka perusahaan rokok pun tak lantas mencantumkannya di produknya. Kami tidak tahu. Yang kami tahu adalah bahwa, sehebat apa pun upaya pemerintah menekan jumlah para perokok, para perokok tetap saja merokok. Makin dilarang, makin senang kami untuk terus merokok.

Sebenarnya, mau sampai kapan dan dengan cara apa lagi pemerintah terus-terusan melarang masyarakat untuk berhenti merokok, atau menakut-nakuti para pemula untuk merokok? Tidakkah mereka tahu bahwa berbicara masalah rokok berarti berbicara masalah budaya? Barang berupa rokok ini tidak seperti barang-barang kebutuhan hidup lainnya. Ia telah ada semenjak ratusan tahun yang lalu. Itu artinya, semenjak saat itu pula orang-orang dulu telah lebih jauh merokok, dan karenanya merokok sudah menjadi bentuk kebudayaan yang paling akar di negeri ini.

Dulu para orang-tua merokok hanya dengan tembakau yang dilinting menggunakan daun kawung, disebut rokok kawung, atau kelobot. Sekarang ketika teknologi mencapai puncaknya, rokok pun menemukan bentuknya yang lebih praktis, lebih sederhana dan lebih nikmat. Lebih bisa menjadi teman ketika ngobrol, dan malah menjadi pengikat silaturahmi antara para perokok. Dengan kata lain, mengobrol tanpa merokok itu ga asik, bahkan lebih asik lagi jika ada kopi hitam, temannya rokok, entah itu di kota maupun di desa.

Tak seperti halnya di kota memang, di desa budaya merokok justru dipelihara. Para orang tua perokok justru dengan sengaja menyuruh anaknya untuk merokok. Mereka berkata bahwa seseorang baru bisa disebut laki-laki jika dirinya merokok. Mereka merokok di kantor, di terminal, di rumah tetangga, di mesjid, bahkan di puskesmas sekalipun. Pertanyaannya sekarang adalah, bisakah pemerintah melarang hal semacam itu? Jadi, salah kaprah besar juga sebenarnya pemerintah itu jika rokok hanya dilihat ari kacamata kesehatan saja. Janganlah para perokok dipepatahi dengan berbagai macam kalimat dan redaki bahwa rokok itu membahaykan kesehatan. Mereka tahu dan sangat tahu hal itu, sekaligus mereka pun tahu resikonya seperti apa.

Selain itu, dari kacamata yang lain, merokok ternyata bisa menenangkan pikiran. Nikotin yang terkandung dalam rokok ternyata dapat membuat semacam dopamine di cuping depan otak sebelah kiri yang sedang stress dan tegang. Tak aneh jika ada orang yang menyuruh orang yang sedang stress untuk merokok, tujuannya apa lagi jika bukan untuk mendapat ketenangan? Mengingat ini, kami jadi teringat kata-kata penyair Shakespeare bahwa, “selalu ada kebaikan dalam sesuatu yang jahat, jika seseorang benar-benar mau memikirkannya.” Dan ternyata nikoin diganjar-ganjar masih menjadi solusi untuk meminimalisir penyakit Alzheimer atau pikun, sebuah penyakit yang sampai detik ini belum ada obatnya. Sayang—atau mungkin untung  (? )—nikotin hanya terdapat di rokok dan bukan di yang lain.

Sehubungan dengan fenomena yang sekarang terjadi, terbukti bahwa pemerintah hanya bisa melarang tapi tidak bisa memberikan solusi. Masalah merokok bagi mereka hanya dipandang dari kacamata kesehatan saja. Padahal, merokok sudah jelas-jelas menjadi salah satu bentuk kebudayaan yang mengakar di antara masyarakat. Seperti halnya tradisi, maka tidak mudah untuk membuat orang-orang untuk berhenti merokok, dan sepertinya hal itu sangat tidak mungkin. Sejauh merokok tetap menjadi bagian masyarakat sekaligus budaya, maka sejauh itu pula orang-orang akan terus dan terus merokok, sehebat apa pun pemerintah punya hajat untuk menggolkan peraturan pemerintah tentang pengendalian tembakaunya itu. Sampai kapan pun rokok akan tetap menyala, seperti halnya kami akan terus menyalakan rokok. []

Komentar

  1. selain esse dan bohem, di bungkus wismilak diplomat sudah ditulis kok tidak ada batas aman bla.. bla..bla.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apache: Rokok Dayak Yang Layak

Sebelumnya, maafkan kami yang sudah cukup lama tidak memposting apa pun, bahkan hampir membuat blog ini terbengkalai. Tapi tidak! Kami bisa memastikan jika blog ini tetap eksis dengan ulasan-ulasan rokok yang makin sini jumlahnya makin marak saja mengisi khazanah dunia nikotina di Indonesia. Seeperti yang sudah direncanakan, kali ini Dunia Nikotina akan mengulas tentang rokok yang lebih dikenal dengan nama rokok Dayak, atau Apache. Langsung saja! Biasanya sebuah perusahaan rokok mengeluarkan desain bungkus rokok dengan grafis yang minimalis dan terkesan statis dengan warna yang mencolok serta garis-garis yang tebal. Tapi beda halnya dengan rokok Apache. Rokok yang dikenal dengan nama rokok Dayak ini, justru dengan berani mengeluarkan desain rokok bergambar seorang kepala Indian. Mungkin ini juga yang menyebabkan orang-orang menyebutnya rokok Dayak. Dan bukan sulap bukan sirih, rokok ini dengan cepat dikenal oleh banyak orang. Sekarang hampir di wartunwarung-warung, bahkan

Once Juga Rokok

Once, siapa sih yang tidak kenal penyanyi yang satu ini? Vokalis sebuah band yang cukup terkenal bernama Dewa. Tapi, adakah yang tahu apa arti kata ‘once’ (dibaca once, ‘é’ seperti pada kata efek) sebenarnya? Berdasarkan pencarian, kata ‘oncé’  dalam KBBI ternyata adalah pipa rokok , atau pipa untuk mengisap rokok . Sayangnya, Once, vokalis itu, tidak identik dengan rokok, karena memang tidak ada pemberitaan soal itu. Di dunia perokokan, banyak kata-kata dan istilah yang penikmat rokok mestinya ketahui. Agar nantinya, kita tidak salah kaprah, percis ketika kebanyakan kita menyebut bahwa rokok itu mengandung NIKOTIN. Jelas, karena rokok memang terbuat dari tembakau yang dalam bahasa latinnya sama dengan Nicotiana tabacum. Jadi, lucu kiranya jika seseorang berkata bahwa rokok itu mengandung tembakau, dan bukan malah zat berbahaya. Langsung saja. Di bawah ini adalah beberapa istilah yang saya kumpulkan dari KBBI seputar dunia rokok. Pokoknya yang ada hubungannya dengan rokok.

Cigarillos Yang Mencoba Lezatos

Barangkali, satu-satunya rokok di pasaran yang memiliki konsep cerutu hanyalah Cigarillos. Hal ini bisa terlihat dari bagaimana rokok ini menggunakan tembakau sebagai pelintingnya. Jelas, ini berbeda dengan rokok-rokok pada umumnya yang menggunakan kertas. Di satu sisi, kita bisa bangga bahwa ternyata kita bisa juga menikmati rokok semacam cerutu. Di sisi yang lain, kita pun harus berbesar hati bahwa yang kita hirup itu bukanlah sebenarnya cerutu. Hanya mirip cerutu. Tapi, sekarang, marilah kita berkenalan dengan Si Cigarillos ini.    Nama Cigarillos berasal dari bahasa Inggris, Cigarillo, yang artinya adalah cerutu berukuran rokok, tentu dengan tambahan huruf ‘s’ di belakangnya. Aroma yang muncul akan terasa segak ketika pertama kali mencium batangannya. Mungkin ini efek dari daun tembakau yang jadi pelintingnya itu. Jika sudah dihirup, rasa lembut dan ringan akan terasa. Sayangnya, seperti halnya cerutu, kita harus menghirupnya dalam-dalam jika ingin mengetahui kea